Prinsip Rasulullah Muhammad SAW Dalam Cara Berdakwah

Prinsip Rasulullah Muhammad SAW selama mengembang menjadi utusan Allah SWT Dalam hal Cara Berdakwah perlu ditiru dan diteladani, sebab itu bukan hanya persoalan strategi namun lebih dari prosedur dalam mendapatkan hidayah yang bersifat otoritas Alloh SWT.

Tugas dakwah merupakan amanat yang diberikan kepada hamba Alloh yang memiliki mental dan kekuatan yang luar biasa, sebab dapat dipastikan bagi siapa saja yang berdakwah akan menghadapi berbagai rintangan dan cobaan. Pada jaman sekarang pendakwah / Da'i memiliki peran sebagai tangan panjang Rasulullah. Oleh karenanya para dai yang memiliki tugas mulia dituntut untuk selalu membekali diri dengan menjaga kualitas ruhiyah agar tetap konsisten, tegar, kuat dalam berdakwah.

Prinsip dakwah yang dilakukan Rasululloh yang patut ditiru para Da'i untuk pertama kali adalah "tajridu fi tasyri'" atau dengan tahapan dalam penyampaian. Kita lihat bagaimana dalam sejarah Nabi beliau menyampaian materi secara berangsur-angsur dan berkesinambungan. Kita harus sadar bahwa memang daya tangkat setiap manusia berbeda-beda tergantung kemampuan otak dan akalnya.

Menggunakan bahasa yang dimengerti merupakan cara selanjutnya yang biasa Rasulullahh lakukan ketika berdakwah menyebarkan agama Allah. Dalam bahasa kitab dikatakan "Bilisani qaumihi", menunjukkan pentingnya menguasai bahasa lokal ketika ingin menyampaian sesuatu materi penting, agar tidak salah persepsi dan penyampaian atau melahirkan interpretasi baru dalam satu pembahasan.

Salah satu faktor keberhasilan dalam dakwah Rasul SAW ialah kekuatan ruhiyah yang tak pernah lepas dari keterikatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Kedekatan dan keterikatan kepada-Nya secara nyata dibangun oleh Rasul SAW lewat ibadah, terutama ibadah spesial yang diyakini mengandung kekuatan luar biasa bagi yang melaksanakannya. Ibadah itu dikenal dengan shalat Tahajud. 

Kunci keberhasilan Dakwah Rasul Muhammad SAW yang demikian itu tak hanya diikuti oleh para sahabat dan pengikut pada masanya. Sejarah mencatat, para ulama, para dai, dan shalafusshaleh merupakan orang-orang yang tak lepas pula dari mencontoh Rasul SAW dalam melaksanakan Tahajud. Rasulullah SAW bersabda, : 
“Hendaklah kalian terus melakukan shalat malam (Tahajud) karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian ....” (HR Tirmidzi).
Fakta sejarah mencatat bahwa Rasulullah SAW tidak pernah melewatkan malam-malamnya tanpa ber-Tahajud, bahkan kaki beliau sampai bengkak saking lamanya beliau berdiri Tahajud. Yang pasti, Tahajud menjadi sumber energi keimanan bagi para penyeru dakwah. Selain itu, Tahajud dapat mendorong para dai meningkatkan produktivitas kinerja dakwah.: Rasulullah SAW bersabda, : 
“Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata, ‘Malam masih panjang maka tidurlah.’ Jika orang tadi bangun, lalu berzikir kepada Allah SWT, terlepas satu ikatan, jika ia berwudhu, terlepas satu ikatan yang lainnya, dan jika ia melaksanakan shalat, terlepas semua ikatannya.
Pada akhirnya, ia akan menjadi segar (semangat dakwah) dengan jiwa yang bersih, jika tidak, ia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas.” (HR Bukhari). Untuk mengawal keberlangsungan dakwah, tidak ada kata lain kecuali terus bergerak dan bergerak, menyebar dan menyebar ke tengah-tengah masyarakat (umat). Sebagai pengokohan energi keimanan, menjaga produktivitas kinerja dakwah, dan mengharap pertolongan Allah maka tidak ada kata lain kecuali istiqamah dalam Tahajud sebagai bekal dakwah. Wallahu a’lam.