Kedudukan Hadits Menyangkut Do'a Khusus Menyambut Bulan Ramadhan

Menjelang bulan suci penuh berkah banyak yang bertanya mengenai amalan do'a yang mesti dibacakan agar di bulan tersebut mendapat keberkahan yang diharapkan. Namun beberapa redaksi bacaan do'a yang ditemukan ternyata Kedudukan Hadits hadits menyangkut Do'a Khusus Menyambut Ramadhan tersebut diantaranya memiliki kelemahan atau dengan kata lain tergolong pada hadits Dlo'if.
Berikut beberapa Doa khusus menyambut Ramadhan dari Hadits yang dimaksud, bila digolongkan terbagi menjadi 2 bagian :
Pertama, Hadits Do'a khusus menjelang bulan Ramdhan dengan redaksi tersendiri meminta keselamatan dalam menjalankan aktifitas di bulan ramadhan yang akan datang.
اللّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَسَلِّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً
Bacaan do'a di atas sampai saat ini belum ditemukan dari mana sumber hadits nya, namun senada dengan makna di atas ada riwayat hadits yang menerangkan do'a menjelang bulan puasa seperti dikutip oleh al-Hafidz Ibnu Hajar yang bersumber dari riwayat Ad-Dailami sebagai berikut:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ يَقُولُ اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلا
Dari Ubadah bin As-shamit, ia berkata, ”Rasulullah saw. mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang bulan Ramadhan, agar salah seorang di antara kami mengucapkan: Ya Allah, selamatkanlah aku untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia dariku (sebagai) yang diterima.” (Lihat, Al-Ghara’ib al-Multaqathah min Musnad al-Firdaws Mimmaa Laisa fii al-Kutub al-masyhurah:589, No. 614)
Pada hadits At-Thabrani tentang apabila akan datang bulan Ramadhan diterangkan bahwa Rasulullah pernah mengajarkan kepada para sahabatnya amalan do'a khusus menjelang ramadan:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ أَنْ يَقُولَ أَحَدُنَا اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي مِنْ رَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلا
Dari Ubadah bin As-shamit, ia berkata, ”Rasulullah saw. mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang bulan Ramadhan, agar salah seorang di antara kami mengucapkan: Ya Allah, selamatkanlah aku dari Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia dariku (sebagai) yang diterima. HR. At-Thabrani, Ad-dhu’a:284, No. 912
Tak hanya itu saja pada kitab hadits lain Abdul Karim bin Muhammad al-Qazwini menulis :

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ يُعَلِّمُنَا أَنْ نَقُوْلَ اللّهُمَّ سَلِّمْنَا لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ مِنَّا وَتَسَلَّمْهُ مِنَّا مُتَقَبَّلاً
Dari Ubadah bin As-shamit, ia berkata, ”Nabi saw. apabila datang bulan Ramadhan mengajarkan kepada kami agar kami mengucapkan: Ya Allah, selamatkanlah kami untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan dari kami dan terimalah ia dari kami (sebagai) yang diterima.” At-Tadwin fi Akhbar Qazwin, III:424
Sementara Imam Ad-Dzahabi pun menulis pada kitab haditsnya :

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هؤلاءِ الْكَلِمَاتِ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ اللّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً.
Dari Ubadah bin As-shamit, ia berkata, ”Nabi saw. mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang bulan Ramadhan: Ya Allah, selamatkanlah aku untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia dariku (sebagai) yang diterima.” HR. Ibnu Syaghabah Abu al-Qasim, Siyar A’lam an-Nubala, XIX:51, No. rawi 31
Analisis Hadits-hadits menyangkut Do'a khusus menjelang Ramadhan dengan bacaan  اللّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ
  • Hadits-hadits di atas terdapat dalam beberapa kitab hadits yang berbeda, akan tetapi semua sanad (jalan hadits) pada berbagai macam hadits dengan redaksi berbeda tersebut berujung pada jalur rawi yang sama Abu Ja’far ar-Razi, dari Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz, dari Shalih bin Kaisan, dari Ubadah bin as-Shamit. Kategori hadits semacam ini disebut dalam ilmu hadits sebagai gharib mutlaq (hadits yang diriwayatkan hanya melalui satu jalur).
  • Rowi hadits bernama Abu Ja’far ar-Razi menurut para ahli hadits tergolong do'if dan tidak terpercaya, nama asli rowi tersebut bernama Isa bin Abu Isa Mahan. Pada kitab Al-Mughni fid Dhu’afa, jilid II halaman 500 dapat ditemukan komentar dari Al-Fallas yang mengatakan bahwa “Dia buruk hafalan”. Abu Zur’ah berkata, “Sering ragu-ragu (dalam meriwayatkan)”. (Lihat, Al-Mughni fid Dhu’afa, II:500)
  • Berdasarkan tinjauan dan penilaian Para ulama Terhadap Hadis di atas Syekh Syu’aib al-Arnauth menjelaskan bahwa :
إسناده ضعيف لضعف أبي جعفر الرازي، واسمه عيسى بن ماهان، قال ابن المديني: كان يخلط، وقال يحيى: كان يخطئ، وقال أحمد: ليس بالقوي في الحديث، وقال أبو زرعة: كان يهم كثيرا، وقال ابن حبان: كان ينفرد بالمناكير عن المشاهير، قلت: وهو راوي حديث أنس: ما زال رسول الله يقنت في صلاة الصبح حتى فارق الدنيا.
”Sanadnya dha’if karena kedhaifan Abu Ja’far ar-Razi, namanya Isa bin Mahan. Ibnu al-Madini berkata, ’Dia rusak (hapalannya).’ Yahya bin Ma’in berkata, ”Dia keliru.’ Ahmad berkata, ’Dia tidak kuat dalam hadits.’ Abu Zur’ah berkata, ’Dia banyak waham.’ Ibnu Hiban berkata, ’Dia menyendiri dengan riwayat-riwayat munkar dari rawi-rawi masyhur.’ Menurut saya, ’Dia rawi hadis Anas, ’Rasulullah saw. tidak henti-hentinya qunut pada salat subuh hingga meninggal dunia’.” Lihat, Tahqiq Siyar A’lam an-Nubala, XIX:51)
Sehingga dapat disimpulan berdasarkan penjelasan dari analisis hadits menyangkut do'a khusus menjelang bulan Ramadhan bahwa tidak dibenarkan mengamalkan atau membacakan do'a menyambut bulan Ramadhan di atas.
Kedua, Hadits Do'a khusus menyambut bulan Ramadhan dirangkaikan dengan bulan Rajab dan Sya’ban.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ وَكَانَ يَقُولُ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ غَرَّاءُ وَيَوْمُهَا أَزْهَرُ
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi saw. apabila masuk bulan Rajab, beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan berkahilah kami pada bulan Ramadhan.’ Dan beliau berkata, ‘Malam Jumat itu indah dan siang harinya bercahaya’.” HR. Abdullah bin Ahmad, Musnad Ahmad, IV:180, No. hadis 2346.
Pada hadits dari riwayat lain ditemukan redaksi do'a menyambut Ramadahan :

إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Apabila masuk bulan Rajab, beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan’.” HR. Al-Bazzar, Musnad Al-Bazzar, II:290, No. 6494, Ath-Thabrani,al-Mu’jam al-Awsath, IV:189, No. 3939, Ad-Du’a:284, No. 911, Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, III:375, No. 3815,Ad-Da’wat al-Kabir, II:142, No. 529, Ibnu Asakir, Mu’jam asy-Syuyukh:161, No. 309, Al-Mundziri, At-Targhib wa at-Tarhib, II:393, No. 1852, Abdul Ghani al-Maqdisi, Akhbar ash-Shalah:69, No. 127, Al-Khalal, Fi Fadha’il Syahr Rajab:45, No. 1, Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliya, VI:269
Penjelasan syarah penulis tentang kedudukan Hadits doa menyambut bulan puasa di atas
Meski diriwayatkan oleh banyak mukharrij (pencatat dan periwayat hadis), namun semua jalur periwayatan hadis itu melalui seorang rawi bernama Za’idah bin Abu ar-Ruqad. Ia menerima dari rawi Ziyad bin Abdullah an-Numairi. Dengan demikian, hadis di atas dikategorikan sebagai hadis gharib mutlaq (benar-benar tunggal).
Hadis di atas dhaif karena ada rawi Za’idah bin Abu ar-Ruqad. Rawi tersebut telah di-jarh (dikritik) oleh para ahli hadis, antara lain:
  • Imam al-Bukhari berkata, “Dia munkar al-Hadits” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:272). Imam al-Bukhari berkata:
  • كُلُّ مَنْ قُلْتُ فِيْهِ مُنْكَرُ الْحَدِيْثِ لاَ تَحِلُّ الرِّوَايَةُ عَنْهُ
  • “Setiap orang yang aku katakan padanya, ‘munkar al-Hadits’ tidak halal meriwayatkan hadis darinya” (Lihat, Ar-Raf’ wa at-Takmil fi al-Jarh wa at-Ta’dil: 208).
  • Abu Dawud berkata, “Saya tidak mengenal khabarnya” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:272).
  • An-Nasai berkata, “Saya tidak tahu siapa dia” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:272).
  • Adz-Dzahabi berkata, “Dia dha’if.” (Lihat, Mizan al-I’tidal, II:65).
  • Kedua, rawi Ziyad bin Abdullah an-Numairi
  • Rawi tersebut telah di-jarh (dikritik) oleh para ahli hadis, antara lain:
  • Ibnu Ma’in berkata, “Pada hadisnya terdapat kedhaifan” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:493).
  • Abu Hatim berkata, “Hadisnya dicatat dan tidak dapat digunakan hujjah” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:493).
  • Abu Ubaid al-Ajiri berkata, “Saya bertanya kepada Abu Dawud tentangnya (Ziyad), maka ia mendhaifkannya.” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:493).
  • Ibnu Hiban berkata, “Dia keliru.” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:493).
  • Kata Ibnu Hajar, “Ibnu Hiban menyebutkannya pula dalam kitab ad-Dhu’afa, dan ia berkata, “Dia (Ziyad) munkar al-Hadits, meriwayatkan dari Anas sesuatu yang tidak menyerupai hadis para rawi tsiqat. Dia ditinggalkan oleh Ibnu Ma’in.” (Lihat, Tahdzib at-Tahdzib, III:378)
Pendapat dan penilaian Para ulama Terhadap Hadits di atas:
Imam Al-Baihaqi berkata:
تفرد به زياد النميري وعنه زائدة بن أبي الرقاد قال البخاري : زائدة بن أبي الرقاد عن زياد النميري منكر الحديث
“Ziyad an-Numairi menyendiri dengan hadis itu, dan darinya diterima oleh Za’idah bin Abu ar-Ruqad. Al-Bukhari berkata, ‘Za’idah bin Abu ar-Ruqad dari Ziyad an-Numairi, munkar al-Hadits’.” (Lihat, Syu’ab al-Iman, III:375)
Imam An-Nawawi berkata:
وروينا في حلية الأولياء بإسناد فيه ضعف
“Dan kami meriwayatkan dalam kitab Hilyah al-Awliya dengan sanad yang padanya terdapat kedaifan.” (Lihat ! Al-Adzkar:274)
Imam Al-Haitsami berkata:
رواه البزار وفيه زائدة بن أبي الرقاد قال البخاري منكر الحديث وجهله جماعة
“Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan padanya terdapat rawi Za’idah bin Abu ar-Ruqad. Al-Bukhari berkata, ‘Dia munkar al-Hadits’ dan dinilai majhul (tidak dikenal) oleh sekelompok ulama.” (Lihat, Majma’ az-Zawa’id, II:165)
Imam Al-Munawi berkata:
وقال البخاري : زائدة عن زياد منكر الحديث وجهله جماعة وجزم الذهبي في الضعفاء بأنه منكر الحديث
“Al-Bukhari berkata, ‘Zaidah dari Ziyad munkar al-Hadits’ dan dinilai majhul (tidak dikenal) oleh sekelompok ulama. Dan Adz-Dzahabi telah menetapkan dalam kitabnya adh-Dhu’afa bahwa dia munkar al-Hadits.” (Lihat! Faidh al-Qadier, I:325)
Ahmad Syakir berkata, “Isnaduhu dha’iefun (sanadnya dhaif).” (Lihat, Ta’aliq ‘Ala al-Musnad, IV:100)
Syekh Syu’aib al-Arnauth berkata, “Isnaduhu dha’iefun (sanadnya dhaif).” (Lihat, Ta’aliq ‘Ala al-Musnad, IV:180)

Kesimpulan terkait hadits yang terkait dengan redaksi doa menyambut Ramadhan yang dirangkaikan dengan bulan Rajab dan Sya’ban kedudukannya dhaif dan tidak dapat dijadikan hujjah untuk pengamalan.
Oleh sebab itu dapat dipastikan bahwa dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan tidak disyariatkan berdoa secara khusus, kita hanya berlindung kepada Allah dengan cara tetap menjaga amalan sunnah Rasulullah SAW seperti hari-hari sebelumnya.
Mengenai dalil hadits do'a menjelang akhir Ramadhan dapat dibaca pada tulisan berikutnya.